Tawarkan Metode 3P, Program PERVEKT Dispendik Jatim dan ITS Siap Atasi Pengangguran Lulusan SMK
Program Entrepreneur Vokasi Kreatif Terpadu (PERVEKT) 2025 siap menjadi solusi untuk menekan angka pengangguran lulusan SMK di Jawa Timur.
Tawarkan Metode 3P, Program PERVEKT Dispendik Jatim dan ITS Siap Atasi Pengangguran Lulusan SMK
Program Entrepreneur Vokasi Kreatif Terpadu (PERVEKT) 2025 siap menjadi solusi untuk menekan angka pengangguran lulusan SMK di Jawa Timur.
Program hasil kolaborasi Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ini mengusung metode 3P: People, Product, dan Process, sebagai pendekatan terstruktur dalam menumbuhkan jiwa wirausaha di kalangan siswa SMK.
Penanggung jawab program, Fajar Baskoro menjelaskan, pendekatan People berfokus pada penguatan kapasitas siswa dan pendampingan berkelanjutan.
“Supaya mereka siap berwirausaha, mereka dilatih di sekolah. Jadi kalaupun gagal, itu terjadi saat masih sekolah, bukan setelah lulus. Karena itu, yang pertama kami tanamkan adalah mindset wirausaha,” jelas Fajar.
Metode ini juga membentuk Kelompok Rintisan Usaha Vokasi (KRUV), yakni tim kecil berisi lima siswa dari berbagai jurusan dalam satu rombongan belajar (rombel) yang akan didampingi secara intensif.
Tak hanya siswa, guru pendamping juga diberikan pelatihan melalui program Training of Trainers (ToT) yang mencakup strategi pendampingan, mindset entrepreneur, branding, hingga legalitas produk.
Pada tahap Product, siswa diajarkan standardisasi produk, mulai dari kualitas, kemasan, hingga pengembangan katalog digital di platform Pervekt.id untuk memperkuat branding produk mereka.
Kemudian di tahap Process, siswa dibekali pemahaman menyusun SOP produksi, pemasaran, hingga distribusi dengan dukungan sistem pre-order dan manajemen inventori digital.
Program ini menyasar siswa-siswi SMK se-Jawa Timur, baik di kabupaten maupun kota. Dengan menekankan praktik langsung kewirausahaan, para siswa didorong memiliki unit usaha mini yang menghasilkan transaksi nyata.
“Sampai saat ini ada 80 sekolah yang tergabung, seperti SMKN 10 Surabaya, SMKN 11 Malang, SMKN 1 Jombang, dan lainnya,” sebut Fajar.
Ia menegaskan, tantangan pengangguran lulusan SMK tidak hanya terjadi di daerah kabupaten, tetapi juga kota. “Karena pilihan setelah lulus vokasi hanya dua: melanjutkan pendidikan atau berwirausaha. Dan yang melanjutkan masih sangat sedikit,” tambahnya.
Selain Dispendik Jatim dan ITS, program ini menggandeng berbagai mitra seperti pelaku usaha, UMKM binaan, lembaga keuangan mikro, dan perguruan tinggi.
“Ada pelaku usaha di bidang multimedia, roti, parfum, dan lainnya yang terlibat melatih siswa. Target akhirnya, mereka punya produk, punya outlet, dan bisa menghasilkan transaksi,” tutupnya.